Dua Menit Bersama Downtown


Menjelang pukul tujuh hampir dua menit

Aku berjalan menghampiri perempat jalan sempit

Disana...

Sepasang gagak hitam begitu asik berdinamika

Begitu juga dengan kabut, udara,

dan fajar

Yang saling membincangkan pagi,

dan keindahan


Menjelang pukul tujuh hampir satu menit

Aku terdiam di sebuah sudut terhimpit

Dihadapanku...

Seekor keledai meringik keletihan

Dengan gerobak tua berisikan sampah dan barang bekas

Tangisannya membeludak,

kala fajar munculkan cahaya


Menjelang waktu tepat pukul tujuh

Semburat cahaya merah menyapaku

Mengharap disapa dan dipuja

Akan keindahan yang dimilikinya

Lalu...

Senyuman manis kuhempaskan

Sambil menyapa lirih penuh asa

Di sebuah kota bernama "Downtown"

Kusampaikan salam rinduku

Untukmu


Nasr City, 4 June 2009

Sanah Helwah Untuk Peradaban Terindah


Saat waktu terus berjalan
Tak terasa puLa kaki kita telah lama berjalan
Di atas negri para Nabi
Lama setelah aku lihat 1 tahun kebelakang
Terasa sekali tangisan, sebuah keinginan, perjuangan, derita
Telah kita lalui bersama hingga saat ini

Saat suka maupun duka
Kuat hatimu, kuat perjuanganmu, kuat keteguhanmu
Untuk mencapai suatu impian
Tetaplah bersemangat sang elang tercinta
WaLau rintangan selalu di depan mata
Kita yakin bahwa kita bisa mengatasinya
Hingga akhirnya kita bisa menghadapi rintangan
Dan cobaan ini hingga setahun lamanya
MaLam ini adalah malam yang kita nantikan
Kita syukuri kepada Sang Illahi
Karena kita masih diridhaiNya
untuk tetap berjuang di bumi ini
Untuk menggapai mimpi dan cita-cita


Cairo, 3 Juni 2009

Nurul Hikmah

Ada Apa Dengan 39


Dahulu…
Satu tahun sudah elang itu terbang
Sayapnya yang elok
Menghampiri suatu masa keindahan,
Ia terpukau…
Bahkan terdiam
Matanya yang tajam, hampir mengitari seluruh kelopak
Paruhnya melengkung, namun tajam
Bersendi dalam sebuah sarang kesuksesan

Dahulu…
Beberapa bulan yang lalu
Hampir satu tahun lamanya
39 telur menetas
39 anak elang pincang
Menatap masa depan yang hampir suram
Sang induk meraung
Berkata ; apa yang kalian inginkan ada disini
Semua bersama… tanpa ada yang membedakan

Namun sayang,
Rasanya sulit untuk menyatu
39 anak elang terpisah
Satu demi satu meronta
Ingin mencoba terbang dengan bulu yang masih sekepal
Dan akhirnya,
Satu per satu anak elang
Jatuh dalam lembah penyesalan

Apa salah sang induk…
Aku bertanya dalam senyap
Kepada malam yang hampir gelap
Apa salah dunia
Kalau hanya ketidakpastian yang memaksa
Apa salah sarang elang
Kalau hanya diksi kehidupan yang didebatkan
Apa salah mereka
Aku bertanya kepadamu
Sang induk dengan tegas menjawab ;
Biarkan mereka hidup dengan bebas
Karena walau bagaimanapun
Kehidupan mereka, akan tetap menjadi elang
Tidak ada yang memaksanya hidup
Dalam alur ketidakpastian
Toh mereka diciptakan untuk bebas
Dalam hidup, berfikir, dan berdinamika.

Prasetya Nugraha
(Persembahan terakhir, untuk awal kebersamaan)